Laman

September 28, 2011

BATAS HUJAN

kumelihat nyata
ketika semuanya terbalik dan meneteskan air langit
basah dan dingin satu sisinya
yang kering juga nyata adanya
tapi sayang tak ada pelangi
karena mentari juga semakin meninggi hingga menenggelamkan diri
noktah-nohtah itu begitu aku nikmati
menjadi rinai
menderas menjadi hujan
yang membatasi

September 26, 2011

Pohon

cerita dari pohon yang tertinggal
bergemetar hebat
kulihat
sapaku beradu dibalik sapa yang lain
ulah tanganku
tentang nama yang tak dikenal
nyata adanya, bisa terbaca sempurna
tapi tak bermakna apa-apa
hanya sebuah sapa dan doa
semua akan dikembalikan pada bumi-Nya dengan hujan, hanya pohon yang tertinggal

September 19, 2011

Saat Hujan Tak Berawan

Ku melihat bulan di pelataran subuh
Sedih Batinku
Terkungkung dalam getirnya rindu

Air berjatuhan
Saat hujan tak berawan
Memaksaku  menitikkan air mata

Kini rindu yang bertuan
Untuk Ayah yang tiada lagi bayangannya

Segala doa kebaikan kulantunkan...

Tiada duka yang mengabadikan diri
Ku coba belajar senyum kembali
Di sela segala lipat cerahnya hari

 Berbahgialah hati,..dengan segala doa untuk Ayah

September 18, 2011

Jalan Rasaku

Bukan aku tak berani
Seperti air laut yang berani menyapa pantai
Semuanya terlanjur remuk redam
Tak nyata
Tak berasa
Berlari mengelitik kecil
Menuju tepian
Yang belum pasti arah

Jalanku,.jalanku sendiri

Rasaku kini

Menitinya segala pinta
Digerbangi doa
Dimengertinya segala yang ada itu cinta
Tapi tak bisa diterima
Rasaku hanya untukku nyatanya

Bukan tentangmu, tentangnya, ini tentang aku dan rasaku

Rasaku

Sering kali aku terlelap dalam imajinasiku
Menikmati duniaku sendiri
Berharap terus begitu
Berceloteh lemah
Diam bergerak lambat
Tanpa teman
Tak seumpama air yang menari mengalir
Menebar segala rasa, haru dan pilu
Aku tak begitu
Enggan membagi semua cerita
Terutama tentang rasa yang nyata
Karna terkadang itu menjadi semakin tak makna
Jika belum sempurna dalam Ridha-Nya
Ku harap nanti semua tak akan tabu
Jika ku nyatakan rasaku

Rasa, resmi dari nalarku

Kubuat perumpamaan
Antara pasir dan nyawanya yang ditiup angin
Keduanya mengenaiku
Membuatku perih

Meski terbaca pelarian
Tapi, rasanya itu bukan
Resmi dari nalarku yang menyatu dengan rasanya
Pelan datangnya namun sangat benar ku rasa adanya
Rasa yang kudapatkan
Rasa